23 Nov 2012

Gangguan Pada Perkutut


Gangguan kesehatan pada burung berkicau ataupun perkutut biasanya didahului dengan terjadinya stres. Penyakit pada burung berkicau umumnya lebih ganas karena sering mengakibatkan kematian. Lain halnya dengan perkutut, fisiknya jauh lebih kuat sehingga penyakit yang menyerang biasanya dapat diobati.


1.     Stres

Stres terjadi akibat gangguan yang dapat mengakibatkan tekanan jiwa pada burung. Gangguan lingkungan yang berlebihan, buruknya kondisi sangkar, dan juga pakan berkualitas rendah adalah penyebab utama terjadinya stres pada burung.
Apabila stres terjadi terus-menerus dan tidak dikendalikan maka burung berkicau menjadi takut mengicaukan suaranya.
Burung perkutut bakalan tidak mau nutut (bersuara) atau bersuara sangat pelan. Jika stres terjadi pada burung betina secara berkelanjutan dapat mengakibatkan mandul.
Biasanya stres yang tidak segera diobati mengakibatkan burung terserang penyakit dan berakhir dengan kematian.


Gejala

Burung seperti ketakutan, nafsu makannya berkurang, bulu kepala tampak mengembang, burung naik turun dari tenggeran ke dasar sangkar, burung berkicau takut mengicaukan suaranya, sedangkan burung perkutut tidak mau manggung.

Pencegahan

Burung diusahakan dan dihindarkan dari halhal yang memungkinkan terjadinya stres. Beberapa hal yang dapat dilakukan, terutama pada burung bakalan yang kondisinya masih labil adalah sebagai berikut.

a. Burung bakalan (baru) diletakkan agak tinggi.
b. Kalau tempatnya rendah, burung berkicau didampingkan dengan burung jenis lain yang lebih kecil, sedangkan perkutut didampingkan dengan burung sejenis yang belum terlalu rajin manggung.
c. Burung berkicau harus diberi pakan segar setiap hari, sedangkan perkutut harus dijemur setiap hari.
d. Lingkungan tempat burung diusahakan tidak banyak gangguan yang bisa menyebabkan burung stres.
e. Tidak memandikan burung bakalan yang baru dibeli karena dapat mengurangi nafsu makan.
Apabila burung sudah diperkirakan terkena stres maka dilakukan upaya untuk memulihkannya seperti berikut:

a. Apabila stres belum membuat burung lemas, burung ditempatkan di lingkungan yang tenang dan sejuk.
b. Apabila burung sudah terlihat agak lesu, ditempatkan di ruangan yang hangat (ada penerangan lampu).
c. Air minum burung berkicau diberi obat. Burung diberi pakan segar, seperti jangkerik dan belalang d. Perkutut diberi obat atau jamu.
Pemberian obat untuk mencegah agar burung tidak terserang penyakit, terutama untuk burung yang sudah lama dipelihara.


2.     Gangguan pencernaan

Gejala

Kotoran berubah warna atau menjadi encer dan menempel di dubur. Burung kurang nafsu makan, bulu sayapnya turun.
Pencegahan

a. Kandang selalu bersih, air minum diganti setiap hari
b. Tidak memberi pakan alami yang basi atau jangkerik yang mati.
c. Burung bakalan dihindarkan dari hembusan angin kencang dan searah secara terus-menerus.
c. Burung bakalan yang baru dibeli sementara tidak dimandikan.


3.     Radang mata

Gejala

Pelipis mata tampak merah. Mata mengeluarkan cairan.
Pencegahan
Faktor penyebab biasanya lingkungan yang kurang baik, pakan alami yang berlebihan, atau air mandi yang kurang bersih.

a. Burung dihindarkan dari debu dan asap.
b. Pemberian ulat hongkong sebaiknya tidak terlalu banyak (untuk burung berkicau cukup 3—5 ekor per hari).
c. Air mandi harus bersih.
d. Radang mata diobati dengan obat mata atau air sirih.


4.     Coryza

Coryza adalah penyakit selesma yang terjadi pada burung berkicau dan perkutut. burung yang terserang penyakit ini sebelumnya mendapat stres dan tidak teratasi secara baik.

Gejala

Nafsu makan berkurang, paruh terus terbuka, dan mata tampak bengkak.
Pencegahan
Penyakit ini sering disebabkan oleh buruknya kondisi kandang atau penularan dari burung lain yang baru dibeli. Selain itu, burung bakalan atau burung yang telah lama dipelihara kurang mendapatkan perawatan yang baik.

a. Burung dihindarkan dari gangguan lingkungan.
b. Kualitas pakan, kebersihan air minuman, maupun sangkar selalu dijaga.
c. Burung yang baru dibeli dari pasar harus dijauhkan dari burung lama lebih kurang 1 minggu.
5. Kaki bersisik
Burung berkicau yang kaki dan jari-jarinya bersisik selalu dianggap sudah tua. Penafsiran seperti ini tidak selalu benar. Penyebab timbulnya sisik lebih dini pada burung berkicau terutama karena keliaran burung sulit dikendalikan, sempitnya sangkar, dan cara memandikan yang kurang baik.
Pencegahan
Sisik pada kaki burung berkicau pasti akan timbul setelah burung tersebut dipelihara beberapa tahun, tetapi sedapat mungkin harus dicegah agar tidak terjadi terlalu dini. Berikut cara memperlambat timbulnya sisik pada burung berkicau.

a. Tidak memaksakan burung bakalan agar cepat jinak dengan selalu menempatkannya di tempat yang rendah.
b. Sangkar harus memadai dan tidak kekecilan.
c. Burung berkicau dimandikan dengan sangkar mandi khusus agar kakinya selalu terkena air saat dimandikan.
d. Kaki burung perkutut digosok dengan bawang merah saat dimandikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar