Gangguan kesehatan
pada burung berkicau ataupun perkutut biasanya didahului dengan terjadinya
stres. Penyakit pada burung berkicau umumnya lebih ganas karena sering
mengakibatkan kematian. Lain halnya dengan perkutut, fisiknya jauh lebih kuat
sehingga penyakit yang menyerang biasanya dapat diobati.
1.
Stres
Stres terjadi akibat
gangguan yang dapat mengakibatkan tekanan jiwa pada burung. Gangguan lingkungan
yang berlebihan, buruknya kondisi sangkar, dan juga pakan berkualitas rendah
adalah penyebab utama terjadinya stres pada burung.
Apabila stres terjadi
terus-menerus dan tidak dikendalikan maka burung berkicau menjadi takut
mengicaukan suaranya.
Burung perkutut
bakalan tidak mau nutut (bersuara) atau bersuara sangat pelan. Jika
stres terjadi pada burung betina secara berkelanjutan dapat mengakibatkan
mandul.
Biasanya stres yang
tidak segera diobati mengakibatkan burung terserang penyakit dan berakhir
dengan kematian.
Gejala
Burung seperti
ketakutan, nafsu makannya berkurang, bulu kepala tampak mengembang, burung naik
turun dari tenggeran ke dasar sangkar, burung berkicau takut mengicaukan
suaranya, sedangkan burung perkutut tidak mau manggung.
Pencegahan
Burung diusahakan dan
dihindarkan dari halhal yang memungkinkan terjadinya stres. Beberapa hal yang
dapat dilakukan, terutama pada burung bakalan yang kondisinya masih labil
adalah sebagai berikut.
a. Burung bakalan
(baru) diletakkan agak tinggi.
b. Kalau tempatnya
rendah, burung berkicau didampingkan dengan burung jenis lain yang lebih kecil,
sedangkan perkutut didampingkan dengan burung sejenis yang belum terlalu rajin
manggung.
c. Burung berkicau
harus diberi pakan segar setiap hari, sedangkan perkutut harus dijemur setiap
hari.
d. Lingkungan tempat
burung diusahakan tidak banyak gangguan yang bisa menyebabkan burung stres.
e. Tidak memandikan
burung bakalan yang baru dibeli karena dapat mengurangi nafsu makan.
Apabila burung sudah
diperkirakan terkena stres maka dilakukan upaya untuk memulihkannya seperti
berikut:
a. Apabila stres
belum membuat burung lemas, burung ditempatkan di lingkungan yang tenang dan sejuk.
b. Apabila burung
sudah terlihat agak lesu, ditempatkan di ruangan yang hangat (ada penerangan
lampu).
c. Air minum burung
berkicau diberi obat. Burung diberi pakan segar, seperti jangkerik dan belalang
d. Perkutut diberi obat atau jamu.
Pemberian obat untuk
mencegah agar burung tidak terserang penyakit, terutama untuk burung yang sudah
lama dipelihara.
2.
Gangguan
pencernaan
Gejala
Kotoran berubah warna
atau menjadi encer dan menempel di dubur. Burung kurang nafsu makan, bulu
sayapnya turun.
Pencegahan
a. Kandang selalu
bersih, air minum diganti setiap hari
b. Tidak memberi
pakan alami yang basi atau jangkerik yang mati.
c. Burung bakalan
dihindarkan dari hembusan angin kencang dan searah secara terus-menerus.
c. Burung bakalan
yang baru dibeli sementara tidak dimandikan.
3.
Radang
mata
Gejala
Pelipis mata tampak
merah. Mata mengeluarkan cairan.
Pencegahan
Faktor penyebab
biasanya lingkungan yang kurang baik, pakan alami yang berlebihan, atau air
mandi yang kurang bersih.
a. Burung dihindarkan
dari debu dan asap.
b. Pemberian ulat
hongkong sebaiknya tidak terlalu banyak (untuk burung berkicau cukup 3—5 ekor
per hari).
c. Air mandi harus
bersih.
d. Radang mata
diobati dengan obat mata atau air sirih.
4.
Coryza
Coryza adalah penyakit
selesma yang terjadi pada burung berkicau dan perkutut. burung yang terserang
penyakit ini sebelumnya mendapat stres dan tidak teratasi secara baik.
Gejala
Nafsu makan
berkurang, paruh terus terbuka, dan mata tampak bengkak.
Pencegahan
Penyakit ini sering
disebabkan oleh buruknya kondisi kandang atau penularan dari burung lain yang
baru dibeli. Selain itu, burung bakalan atau burung yang telah lama dipelihara
kurang mendapatkan perawatan yang baik.
a. Burung dihindarkan
dari gangguan lingkungan.
b. Kualitas pakan,
kebersihan air minuman, maupun sangkar selalu dijaga.
c. Burung yang baru
dibeli dari pasar harus dijauhkan dari burung lama lebih kurang 1 minggu.
5. Kaki bersisik
Burung berkicau yang
kaki dan jari-jarinya bersisik selalu dianggap sudah tua. Penafsiran seperti
ini tidak selalu benar. Penyebab timbulnya sisik lebih dini pada burung
berkicau terutama karena keliaran burung sulit dikendalikan, sempitnya sangkar,
dan cara memandikan yang kurang baik.
Pencegahan
Sisik pada kaki
burung berkicau pasti akan timbul setelah burung tersebut dipelihara beberapa
tahun, tetapi sedapat mungkin harus dicegah agar tidak terjadi terlalu dini.
Berikut cara memperlambat timbulnya sisik pada burung berkicau.
a. Tidak memaksakan
burung bakalan agar cepat jinak dengan selalu menempatkannya di tempat yang
rendah.
b. Sangkar harus
memadai dan tidak kekecilan.
c. Burung berkicau
dimandikan dengan sangkar mandi khusus agar kakinya selalu terkena air saat
dimandikan.
d. Kaki burung
perkutut digosok dengan bawang merah saat dimandikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar